Minggu, 12 November 2017

Mengenal Lebih Dekat Kekuatan Perusahaan Jepang melalui Sistem Keiretsu

Gabungan perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh keluarga yang sama yang diwariskan secara turun temurun. Perusahaan keiretsu ini mengelola berbagai jenis usaha dimana antar perusahaan terkait memiliki...
Gabungan perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh keluarga yang sama yang diwariskan secara turun temurun. Perusahaan keiretsu ini mengelola berbagai jenis usaha dimana antar perusahaan terkait memiliki kepilikan saham yang saling terkait meskipun bidang usaha antar perusahaan tersebut berbeda diantaranya menguasai bidang perbankan, manufaktur, hingga pada distribusi sera pemasok dengan perusahaan induk sebagai pemegang saham utama

 

Keiretsu muncul setelah adanya peristiwa penghapusan Zaibatsu pada era setelah perang dunia II. Dimana setelah perang dunia II ini sekutu membubarkan sistem perusahaan Zaibatsu yang dimiliki secara individu menjadi kepemilikan publik atau dapat menjadi milik rakyat lain secara luas.  Sekutu membubarkan sistem Zaibatsu ini untuk mendemokratisasikan perekonomian Jepang sehingga Jepang mau tidak mau membuat Undang-Undang yang mengharuskan adanya pembubaran perusahaan induk guna menjalankan sistem AntiMonopoli.
Menurut T.A Bisson (1954, p. 39) dalam Grabowiecki (2006, No413) pembubaran sistem Zaibatsu ini ditujukan untuk menciptakan kombinasi, dketerlibatan peralihan sistem ekonomi yang bebas, serta memberlakukan peraturran sistem ekonomi yang lebih dekat dengan ideologi dan pengalaman Amerika. Dengan demikian, sistem ekonomi dibuat demokratis namun memiliki  karakterisitik individu layaknya seperti Amerika
Setelah pembubaran Zaibatsu, Perekonomian Jepang melemah dan mengharuskan pemerintah Jepang mengambil langkah strategis guna mengatasi permasalahan ekonomi tersebut. Keputusan pemerintah Jepang saat itu yaitu membatasi Undang-Undang Antimonopoli yang diberlakukan sebelmunnya. Pada tahun 1953, perusahaan keuangan diizinkan untuk memiliki sampai 10% saham perusahaan non-keuangan yang beredar dan larangan untuk memegang saham perusahaan pesaing yang telah dieliminasi.
Pada tahun 1960-an inilah keiretsu mulai muncul dengan perintisnya yaitu perusahaan Zaibatsu sebelumnya yaitu Mitsui, Mitsubishi, dan Sumitomo.



Sekelompok perusahaan sangat besar dengan menajalin suatu hubungan demi tercapainya sebuah bank yang kuat, melalui kepemilikan saham bersama, hubungan dagang, dan sebagainya.
Keiretsu horizontal merupakan pengelompokan dari ratusan perusahaan raksasa dengan intinya adalah enam buah bank yaitu Sakura bank (Mitsui), Mitsubishi bank, Sumitomo bank, Fuji bank (Yasuda), Sanwa bank, dan Dai ichi kangyo bank (DKB). Keenam bank tersebut dikenal dengan nama Roku Dai Kigyo atau The Big Six. Masing-masing bank tersebut diatas dikelilingi oleh lembaga keuangan lainnya yaitu perusahaan asuransi, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur.


Menurut Elfiky (2007), Perusahaan keiretsu mengelola berbagai usaha dan shogo shosha. Ia menguasai industri perbankan dan beberapa perusahaan raksasa. Semua dirangkum dalam satu kumpulan perusahaan induk sebagai pemegang saham terbesar. Operassi usaha dan perdagangan keiretsu meluas hingga luar negeri
Pada awalnya perusahaan-perusahaan mitsubishi merupakan sebuah perusahaan perkapalan yang didirikan oleh Iwasaki Yataro pada tahun 1870. Kemudian perusahaan tersebut memasuki bidang pertambangan, pabrik besi baja, bank, kertas, dsb. Keterlibatan mitsubishi dalam bidang-bidang tersebut dilakukan melalui anak perusahaan dan juga rekan perusahaan demi memperlancar dan memperluas operasi dagang mereka. Perusahaan itu membentuk satu gabungan dan serikat dagang yang disebut keiretsu.
Sumber: http://www.unc.edu/~nielsen/soci410/nm5/m14.htm

Meskipun perusahaan dimiliki oleh keluaga dalam sebagian keiretsu, terdapat pemisahan antara pihak pemilik dan pengelola. Mitsubishi merupakan perusahaan yang menggunakan sistem pemissahan yang jelas antara kedua elemen pentinng tersebut. Sejak mitsubishi didirikan keluarga pemilik tidak mencampuri urusan yang berkatan dengan pengelolaan. Itu sudah hal langka dan bertentangan dengan prinsip pengelolaan dan pengoperasian perusahaan. Meskipun demikian, dalam kebanyakan perusahaan keiretsu keluarga pemilik menguasai jabatan tertinggi sehingga tidak ada pemisahan antara pihak pemilik dan pihak pengelola.


Sumber : http://undervaluedjapan.blogspot.co.id/2014/11/the-j-system-part-two-keiretsu.html

Pada struktur perusahaan Mitsubishi dapat dilihat bahwa induk dari mitsubishi yaitu Mitsubishi Bank, Heavy Industries, dan Mitsubishi Corp. yang kemudian dari tiga induk tersebut membentuk anak perusahaan lain yang bergerak diberbagai bidang seperti elektronik, pertambangan, otomotif, kontruksi, jasa keuangan lainnya, dan lain sebagainya. Keseluruhan bidang yang diambil Mitsubishi ini tetap dipimpin oleh satu pemilik utama yaitu Keluarga Keiretsu Mitsubishi sendiri. Dimana bank mitsubishi ini merupakan salah satu sumber pendanaan bagi kelompok keiretsu mitsubishi.


Vertical keiretsu merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari satu perusahaan yang sangat besar dan ratusan atau ribuan perusahaan kecil yang mengikuti perusahaan besar tersebut.
Jakartaconsulting.com (2014) mengatakan bahwa keiretsu vertical merupakan kumpulan kelompok-kelompok industri yang ada mengikat hubungan dengan perusahaan-perusahaan perakitan, pemasok bahan baku, pedagang besar, dan retailer. Keiretsu vertikal ini biasanya berpusat pada satu perusahaan utama. Perusahaan ini mengendalikan perusahaan-perusahaan lain yang terikat dalam keiretsu. Perusahaan utama menginvestasikan sejumlah modal, mentransfer teknologi, dan menyediakan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang lebih kecil dengan tujuan mendapatkan sumber daya atau produk tertentu. 
Sedangkan menurut Grabowiecki (2006, No. 413) keiretsu vertikal memimiliki struktur kepemilikan saham berbentuk piramida dan bersifat personil transfer. personil transfer ini berupa dari perusahaan inti untuk pemasok lapis, dari tingkat pertama menuju tingkat kedua.
Berbeda dengan keiretsu horizontal, dalam keiretsu vertikal ini sistem yang diterapkan lebih ketat pada setiap piramidanya dimana perusahaan induk menjadi pengendali inti yang kemudian dari inti ini akan memegang kendali anak perusahaan lain, dari anak perusahaan ini masih memegang kendali pada anak perusahaan lapis lainnya. Keiretsu vertikal ini sangat terlihat pada sistem spesialisasi cabang yang tinggi dan terkonsentrasi. Perusahaan yang menerapkan sistem keiretsu vertikal ini mayritas merupakan perusahaan manufaktur seperti, toyota, honda, toshiba atau hitachi.
Pemasok utama dalam sistem keiretsu ini biasanya merupakan spin-off (pemisahan) dari perusahaan utama pada awalnya, yang kemudian membentuk sub pemasok lagi pada tingkat di bawahnya. Sistem ini pada akhirnya akan membentuk suatu jaringan rantai pasok (supply chain) yang canggih yang bersifat jangka panjang, dan biasanya akan saling mengisi ketika salah satu rantainya tidak berfungsi atau kolaps karena sesuatu hal.
Keiretsu horizontal ini dapat ditandai dengan adanya bisnis yang menyebar pada berbagai sektor manufaktur dan mayoritas keiretsu perusahaan jepang ini pada industri otomotif dn elektronik yang memiliki ratusan bahkan hingga ribuan mata rantai perusahaan. Sehingga apabila sebuah perusahaan keiretsu vertikal ini hendak masuk ke suatu negara maka Ia tidak hanya membawa bisnis utamanya tapi juga membawa serta perusahaan lainnya yang tersubordinasi atau yang menjadi pendukung bisnis utamanya tersebut.

Sumber : https://www.linkedin.com/pulse/keiretsu-system-japans-automobile-industry-really-losing-heinz-oyrer
Toyota, pada sistem piramida keiretsu horizontal, Toyota memiliki tiga lapis dimana lapisan pertama terdapat 10 perusahaan utama yang bergerak dibidang manufacturing dan 2 perusahaan utama yang bergerak dibidang nonmanufacturing.
Pada lapis kedua dalam piramida Toyota terdapat 248 perusahaan yang terbagi kedalam 2 grup pembuat komponen. Masing-masing adalah kyoho-kai (Toyota cooperative association), yang  terdiri dari 183 perusahaan dan kemudian Eiho-kai (Toyota Prosperity  Association), yang terdiri dari 65 perusahaan (Fahmi : 2008 dalam blogspot.co.id).
Lapis terakhir yaitu lapis ketiga terdapat beberapa tingkatan perusahaan dalam urutan hirarki, yang masing-masing terdiri dari berbagai macam perusahaan yang tidak dipublikasikan oleh Toyota. Selain itu Toyota masih memiliki jaringan distribusi yang mencapai 4.750 perusahaan.
Meskipun Toyota merupakan keiretsu besar bukan berarti Toyota tidak memiliki hambatan atau masalah. Seperti yang dilansir bisnis lounge journal, pada Januari 2016 lalu Toyota mengalami pemberhentian produksi karena adanya peristiwa terbakarnya Aiche Steel Corp yang merupakan bagian dari Toyota yang dikhususkan untuk menyuplai spare parts untuk suku cadang mobil termasuk mesin, transmisi, dan sasis. Dimana Toyota menerapkan sistem Just In Time ada persediannya. Hal ini menyebabkan pasokan bahan baku Toyota macet dan tidak memproduksi selama beberapa waktu dan Toyota harus menderita kerugian yang cukup besar atas adnaya peristiwa ini dimana tidak ada produksi normal yaitu13.600 unit yang dilakukan Toyota hingga keputusan atas peristiwa tersebut diambil.
Langkah yang diambil Toyota adalah meminta Aichi Steel untuk menghasilkan spare parts dengan cara alternatif termasuk memesan baja khusus dari produsen lainnya. Hasilnya, Toyota mampu berproduksi secara normal hingga 6 Februai dengan pesediaan yang dimiliki serta bantuan dari pemasok yang masuk dalam kelompok keiretsu Toyota. Setelah adanya bantuan dari pemasok yang memiliki huungan erat dengan kelompok keiretsu.

Adanya peristiwa ini menggambarkan bahwa adanya masalah pada piramida kedua dalam suatu perusahaan Keiretsu dapat mempengaruhi fungsi perusahan pada tingkatan piramida lainnya. Sehingga mengganggu operasional perusahaan keiretsu itu sendiri, suatu perusahaan keiretsu yang terganggu operasionalnya akan memberikan dampak besar pada perekonomian negara darimana perusahaan tersebut berasal. Seperti yang terjadi pada Toyota diatas, berhentinya operasional Toyota memperlambat perekonomian Jepang sebesar 0,1%. (Budiharjo 2009 dalam wordpress.com).


Keiretsu merupakan sistem konglomerasi bisnis yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan besar Jepang dimana perusahaan memiliki satu induk dengan kepemilikannya masih memiliki hubunga keluarga. Dalam keiretsu ini bisnis yang digeluti pelaku keiretsu berada dalam berbagai bidang, berbagai tingkatan dan bisa saling terkait maupun tidak.
Dalam keiretsu horizontal, prusahaan biasanya memiliki induk berupa bank besar yang bersungsi mendanai bisnis-bisnis lainnya yang masih termasuk dalam kelompok keiretsu.
sedangkan dalam keiretsu vertikal lebih mengacu pada sistem konglomerasi dari mulai pemasok (hulu) hingga perusahaan lain dalam bentuk distributor (hilir) membentuk suatu kelompok keiretsu yang fungsinya mendukung bisns satu sama lain dalam kelompok keiretsu tersebut.

Grabowiecki, Jerzy. (2006). Keiretsu Group : Their Role in the Japanese Economy and a Reference Point (or a paradigm) for Other Countries. Institute of Developing Economic Japan External Trade Organization, VRF Series No. 413. Japan: IDE-JETRO
Elfiky, Ibrahim. 2007. Rahasia Bisnis Orang Jepang. Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika): Jakarta
Fahmi. 2008. “Keiretsu Jepang”. Dalam http://alhidayahku.blogspot.co.id/2008/04/keiretsu-jepang.html. (Diakses pada Sabtu, 11 November 2017 pukul 13:45 WIB)
Bisnis Lounge Journal. 2016. “Minggu Depan, Pabrik Toyota akan Berhendti Beroperasi di Jepang”. Dalam http://blj.co.id/2016/02/01/minggu-depan-pabrik-mobil-toyota-akan-berhenti-beroperasi-di-jepang/. (Diakses pada Sabtu, 11 November 2017 pukul 14:32 WIB)
Budiharjo, Imam. 2009. “Dari Keiretu ke Pertumbuhan Ekonomi”. (Diakses pada Sabtu, 11 November 2017 pukul 10:10 WIB)
Anonim. 2016. “Crisis and Achievment”. Dalam http://crisissome.blogspot.co.id/2016/03/houses-of-mitsui-and-mitsubishi.html. (Diakses pada Jumat, 10 November 2017 pukul 11:40 WIB)
The Jakarta Consulting Group. 2014. “Diantara Dua Kubu”. Dalam http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/business-transformation/diantara-dua-kubu. (Diakses pada Sabtu, 11 November 2017 pukul 09:50 WIB)
Anonim. 1999. “Interorganizational Relationships”. Dalam http://www.unc.edu/~nielsen/soci410/nm5/m14.htm. (Diakses pada Minggu, 12 November 2017 pukul 09:35 WIB)
Undervaluejapan. 2014. “The J-System (Part Two)- Keiretsu”. Dalam http://undervaluedjapan.blogspot.co.id/2014/11/the-j-system-part-two-keiretsu.html. (Diakses pada Sabtu, 11 November 2017 pukul 13:45)
Oyner, Heinz. 2016. “Is The System Keiretsu Japan’s Automobile Industry Really Losing Importance”. Dalam https://www.linkedin.com/pulse/keiretsu-system-japans-automobile-industry-really-losing-heinz-oyrer. (Diakses pada Minggu, 12 November pukul 13:40 WIB)



Jumat, 10 November 2017

Analisis BCG

...

Kamis, 07 April 2016

Contoh abstrak LKTI (Pembangunan Kincir Angin Di Sepanjang Garis Pantai Selatan Indonesia Sebagai Alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pengganti Nuklir)

Pembangunan Kincir Angin Di Sepanjang Garis Pantai Selatan Indonesia Sebagai Alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pengganti Nuklir (Jelita Ulva Barokah, Sely Fudianti) (UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG) (jelita.ulva@gmail.com)              ...

Pembangunan Kincir Angin Di Sepanjang Garis Pantai Selatan Indonesia Sebagai Alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pengganti Nuklir

(Jelita Ulva Barokah, Sely Fudianti)

(UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG)


 

            Barang siapa yang mampu menangkap angin maka dirinya akan menuai listrik. Argumen ini sangat cocok bila dihubungkan dengan kekuatan potensi angin di Indonesia. Energi angin merupakan energi terbarukan (reneweble) yang ramah lingkungan dan tidak mengeluarkan zat pencemar.

 

            Kecepatan angin didaerah garis pantai selatan mencapai kisaran 15 – 22 knots, sehingga sangat tepat apabila dimanfaatkan menjadi energi alternatif pembangkit listrik menggunakan kincir angin. Turbin pada kincir angin mampu mengubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik dan diubah lagi menjadi energi listrik oleh generator memanfaatkan kecepatan dan tekanan angin.

 

            Saat ini Indonesia tengah mengalami krisis energi yang cukup signifikan karena terus menggunakan BBM. Indonesia pada dasarnya memiliki banyak sekali kekayaan alam, namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Apabila Indonesia mau dan mampu membangun sedikitnya 15 kincir angin disepanjang garis pantai selatan dengan kapasitas 20 megawatt, maka Indonesia akan mampu memasok listrik sedikitnya kepada 15 juta rumah tangga. Hal tersebut dapat menjadi langkah penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan dapat dijadikan sebagai langkah awal penghematan energi.

 

 

 

Keyword : Ramah lingkungan, Energi alternatif, Hemat energi.

“Urbanization is a threat or profitable things?”

“Dimana ada gula, disitu ada semut.” Ungkapan peribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan keadaan perkotaan di Indonesia yang terus menerus meningkat jumlahnya dalam beberapa dekade terakhir karena anggapan akan banyaknya jumlah lapangan kerja yang tersedia di Kota. Mengingat di Indonesia, khususnya...

“Dimana ada gula, disitu ada semut.” Ungkapan peribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan keadaan perkotaan di Indonesia yang terus menerus meningkat jumlahnya dalam beberapa dekade terakhir karena anggapan akan banyaknya jumlah lapangan kerja yang tersedia di Kota. Mengingat di Indonesia, khususnya Jakarta, yang lebih identik dengan begitu banyaknya gedung-gedung pencakar langit serta banyaknya jumlah warga pendatang maka pertanyaan yang muncul adalah Permasalahan apa saja yang timbul akibat dari urbanisasi yang berkelanjutan (desa ke Jakarta) yang berpengaruh pada ketersediaan Sumber Daya Manusia di desa ?

Jakarta adalah kota metropolitan dengan jumlah penduduk kurang lebih 10 juta jiwa dan sekitar 4 juta jiwa adalah warga pendatang. Jakarta sendiri menjadi magnet dari urbanisasi karena pembangunan kota Jakarta yang terus mengalami kemajuan. Bagi sebagian besar penduduk desa, kemajuan pembangunan di perkotaan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Alasan lain yang menyebabkan urbanisasi berkelanjutan ini adalah kondisi desa tempat mereka tinggal yang  tidak mampu menyediakan kesempatan kerja pagi para penduduknya serta minimnya penghasilan yang layak.

Mengapa banyak penduduk desa yang berpindah ke kota ?. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Yang pertama, kebanyakan penduduk desa bekerja di sektor pertanian yang mana sektor ini sangat bergantung pada kondisi cuaca, ketersediaan lahan serta tingkat kesuburan tanah. Hal tersebut membuat daerah ini rawan bencana banjir, kemarau, erosi, dan menjadikan orang untuk berimigrasi.

Yang kedua, kemiskinan petani. Jumlah petani Indonesia banyak, namun hasil produknya tidak signifikan, sehingga petani tidak sejahtera. Padahal pemerintah telah membangun berbagai infrastruktur pengairan seperti bendungan, waduk, hingga saluran irigasi. Permasalahannya, petani-petani Indonesia sebagian hanya bertindak sebagai buruh bukan pemilik. Akibatnya, penghasilan mereka cenderung kecil dan petani tetap miskin. Permasalahan tersebut membuat banyak petani beralih profesi serta memutuskan mencari kerja di perkotaan.

Yang ketiga, kurangnya angkatan kerja produktif di pedesaan. Banyaknya penduduk desa usia produktif kerja yang bekerja di kota membuat penduduk yang tinggal di dea lebih banyak anak-anak dan orang tua. Oleh karena itu, pembangunan di pedesaan tidak semaju perkotaan. Para pemuda desa juga enggan mengolah sawah dan lebih memilih pergi ke kota untuk memperbaiki taraf hidupnya. Karena mereka menganggap bahwa penghasilan di kota jauh lebih tinggi daripada di desa.

Dari tiga faktor tersebut, pastilah akan menimbulkan bebarapa permasalahan baik di wilayah perkotaan maupun di desa daerah mereka masing-masing. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan ini menyebabkan banyaknya tunawisma maupun rumah tidak layak huni karena tidak tersedianya lahan untuk mereka. Untuk itulah perlu adanya penghematan lahan seperti rumah tidak lagi dibuat kesamping tetapi keatas. Maksudnya, seperti apartmen maupun rumah susun. Jadi, memungkinkan untuk menampung banyak keluarga.

Sedangkan masalah yang nantinya timbul di desa adalah terjadi kekurangan tenaga kerja muda usia produktif karena banyaknya pemuda yang berpindak ke kota untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Terutama, dalam mencari tenaga terdidik sebagai penggerak pemabngunan yang sulit, sebab mereka yang memiliki pendidikan cukup tinggi enggan pulang ke desanya dan memilih bekerja di kota dengan penghasilan yang lebih baik.

Kesejahteraan membuat masyarakat desa semakin berminat untuk berpindah ke kota. Urbanisasi tidak seharusnya berlangsung secara berkelanjutan. Seharusnya dengan perbedaan antara kota dan desa semua bisa saling melengkapi, dimana desa memasok pangan untuk semua warga dan kota yang memberikan fasilitas-fasilitas yang mampu mennyejahterakan warga desa.

Salah satu sifat manusia adalah mencari rezeki sebanyak-banyaknya guna meningkatkan kesejahteraannya. Karena prinsip ini, maka akan semakin banyak penduduk desa yang berpindah ke kota. Apabila semakin banyak penduduk yang berpindah ke kota maka jumlah penduduk yang produktif di desa akan terus berkurang. Dan ini akan berpengaruh pada ketersediaan Sumber Daya Manusia di desa.

Kita ambil contoh masalah seorang lulusan sarjana pertanian yang tidak mau kembali ke desa dan memilih bekerja di sebuah perusahaan pangan karena memiliki penghasilan yang menjajikan. Jika semua orang-orang berpendidikan lebih memilih tetap menetap di kota lalu bagaimana desa mereka sendiri akan maju? Siapa yang nantinya akan menggerakkan pembangunan jika bukan mereka anak-anak yang berpendidikan?. Akibatnya, Sumber Daya Manusia yang memiliki skill dalam bidangnya masing-masing yang mampu merubah desa mereka tidak tersedia lagi di desa. Yang kemudian, daerah perkotaan akan terus menerus mengalami peningkatan penduduk dan pembangunan yang tidak merata terjadi hampir disetiap desa.

Untuk mengatasi hal-hal tersebut, dibawah ini terdapat beberapa alternatif pemecahan masalah tersebut, diantaranya adalah

a.       Melaksanakan pembangunan secara desentralisasi, yaitu pembangunan yang merata atau menyebar berpusat pada daerah-daerah.

b.      Menyediakan lapangan kerja yang lebih luas.

Pada dasarnya penduduk desa berpindah ke kota karena tidak tersedianya lapangan kerja di desa. Jadi, guna memenuhi kebutuhannya mereka mmilih pergi ke kota guna memperoleh penghasilan yang mampu menghidupi dirinya dan meningkatkan kesejahteraannya

c.       Pemerintah menyediakan rumah susun guna menghemat lahan dan dapat memanfaatkan lahan secara efektif dan efisien.

d.      Adanya pelatihan bagaimana mengembangkan desa mereka agar mengalami kemjuan dan tidak erus menerus berada di posisi tersebut. Sehingga para pemuda terdidik mampu mengembangan pembangunan di daerah mereka sendiri.

e.       Harus adanya rasa semangat guna membangun desa mereka. Sehingga tidak memiliki keinginan untuk ke kota dan berfokus pada pengembangan desa mereka sendiri

f.       Mengadakan musyawarah yang melibatkan warga desa, guna mrealisasikan apa yang memang hal tersebut mampu mengembangkan potensi desa mereka

g.      Adanya peraturan yang lebih ketat sehingga akses berpindahnya penduduk desa ke kota semakin sulit ditembus.

Dari masalah yang dijelaskan dan bukti-bukti yang telah ada kita bisa mengambil kesimpulan serta belajar dari pengalaman yang pernah di hadapai Indonesia dalam hal penanganan urbanisasi bahwa usaha untuk melakukan pemerataan penduduk bukan hal mudah, mengingat begitu luas dan banyaknya penduduk Indonesia sendiri. Hal ini tidak terlepas dari campur tangan pemerintah dalam mengatasi setiap pendatang yang datang ke perkotaan. Dari pemahaman tersebut dapat di simpulkan bahwa urbanisasi memang semakin banyak dan berkelanjutan, tetapi hal tersebut bisa dikurangi maupun diatasi apabila pembangunan itu sendiri baik dari segi infrastruktur maupun ekonomi dilakukan pemerataan pembangunan.

Unuk mewujudkan urbanisasi yang baik perlu adanya urbanisasi terencana. Yaitu dengan pembatasan jumlah urbanisasi, sehingga hal-hal seperti pengangguran yang semakin meningkat, lingkungan kumuh, gelandangan karena tidak adanya lahan kosong yang tersedia setidaknya dapat diatasi walaupun untuk penanganannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Sehingga setidaknya jumlah Sumber Daya Manusia yang memiliki produktifitas tidak semua berada di daerah perkotaan dan daerah kota masih memiliki Sumber Daya Manusia yang cukup yang dapat membawa perubahan bagi daerah pedesaan itu sendiri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat ditempuh dengan cara : melaksanakan pembangunan secara desentralisasi, menyediakan lapangan kerja yang lebih luas, pembangunan rumah susun, mengadakan pelatihan tentang bagaimana menggerakan kaum muda untuk mengembangkan potensi desa yang ada, harus adanya rasa semangat guna membangun desa mereka. Sehingga tidak memiliki keinginan untuk ke kota dan berfokus pada pengembangan desa mereka sendiri, mengadakan musyawarah yang melibatkan warga desa, adanya peraturan yang lebih ketat sehingga akses berpindahnya penduduk desa ke kota semakin sulit ditembus.

 

Untuk meningkatkan kesadaran penduduk desa agar tidak melulu selalu berpindah ke kota perlu diadakan Desa Mandiri. Yaang mampu meningkatkan jumlah lapangan kerja sendiri dan mengurangi tingkat kemiskinan yang terjadi. Namun hal yang harus diperhatikan adalah ketersediaan Sumber Daya Manusia yang profesional. Yang kompeten pada bidangnya yang mampu membawa perubahan desa. Sehingga dalam hal ini, Sumber Daya Manusia sangat penting dalam mewujudkan desa yang sejahtera, yang memiliki kesadaran tinggi bahwa perubahan tidak hanya melalui pemerintah tetapi jika ada penggerak kemajuan maka desa pun mampu berkembang pesat dan memiliki tingkat ksejahteraan tinggi.

Akuntansi

Pengertian Akuntansi Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa (mengidentifikasikan, mengukur, mengkalsifikasikan dan mengikhtisarkan) kejadian atau transaksi ekonomi yang menghasilkan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan (Amin. W, 1997) Pengertian...
Pengertian Akuntansi

Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa (mengidentifikasikan, mengukur, mengkalsifikasikan dan mengikhtisarkan) kejadian atau transaksi ekonomi yang menghasilkan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan (Amin. W, 1997)
Pengertian Akuntansi menurut Abubakar. A & Wibowo (2004) adalah proses identifikasi, pencatatan dan komunikasi terhadap transaksi ekonomi dari suatu entitas/perusahaan.

Dari pengertian-pengertian akuntansi diatas, maka akuntansi terdiri dari tiga aktivitas atau kegiatan utama yaitu:
  1. Aktivitas identifikasi yaitu mengidentifikasikan transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan.
  2. Aktivitas pencatatan yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mencatat transaksi-transaksi yang telah diidentifikasi secara kronologis dan sistematis.
  3. Aktivitas komunikasi yaitu aktivitas untuk mengkomunikasikan informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan kepada para pemakai laporan keuangan atau pihak yang berkepentingan baik internal perusahaan maupun pihak eksternal.

Fungsi dan Bidang-Bidang Akuntansi Pengertian akuntansi

Akuntansi seringkali dinyatakan sebagai bahasa perusahaan yang berguna untuk memberikan informasi yang berupa data-data keuangan perusahaan yang dapat digunakan guna pengambilan keputusan. Setiap perusahaan memerlukan dua macam informasi  tentang perusahaannya yaitu informasi mengenai nilai perusahaan dan informasi tentang laba/rugi usaha. Kedua informasi tersebut berguna untuk:
  • Mengetahui besarnya modal yang dimiliki perusahaan
  • Mengetahui perkembangan ayau maju mundurnya perusahan
  • Sebagai dasar untuk perhitunngan pajak
  • menjelaskan keadaan perusahaan sewaktu-waktu memrlukan kredit dari bank atau pihak lain
  • Dasar untuk menentukan kebijakan yang akan ditempuh
  • Menarik minat investor saham jika perusahaan berbentuk perseroan terbatas.
Untuk memperoleh informasi-informasi tersebut diatas, pengusaha hendaknya mengadakan catatan yang teratur mengenai transaksi-transaksi yang dilakukan perusahaan yang dinyatakan dalam satuan uang.

Didalam ilmu akuntansi telah berkembang bidang-bidang khusus dimana perkembangan tersebut disebabkan oleh meningkatnya jumlah dan ukuran perusahaan serta peraturan pemerintah. Adapun bidang-bidang akuntansi yang telah mengalami perkembangan antara lain sebagai berikut:
  1. Akuntansi Keuangan (Financial atau General Accounting) menyangkut pencatatan transaksi-transaksi suatu perusahaan dan penyusunan laporan berkala dimana laporan tersebut dapat memberikan informasi yang berguna bagi manajemen, para pemilik dan kreditor.
  2.  Pemeriksaan Akuntansi (Auditing)  merupakan suatu bidang yang menyangkut pemeriksaan laporan-laporan keuangan melalui catatan akuntansi secara bebas yaitu laporan keuangan tersebut diperiksa mengenai kejujuran dan kebenarannya.
  3. Akuntansi Manajemen (Management Accounting) merupakan bidang akuntansi yang menggunakan baik data historis maupun data data taksiran dalam membantu manajemen untuk merencanakan operasi-operasi dimasa yang akan datang.
  4. Akuntansi Perpajakan (Tax Accounting) mencakup penyusunan laporan-laporan pajak dan pertimbangan tentang konsekuensi-konsekuensi dari transaksi-transaksi perusahaan yang akan terjadi.
  5. Akuntansi Budgeter (Budgetary Accounting) merupakan bidang akuntansi yang merencanakan operasi-operasi keuangan (anggaran) untuk suatu periode dan memberikan perbandingan antara operasi-operasi yang sebenarnya dengan operasi yang direncanakan.
  6. Akuntansi untuk Organisasi Nirlaba (Non profit Accounting) merupakan bidang yang mengkhususkan diri dalam pencatatan transaksi-transaksi perusahaan yang tidak mencari laba seperti organisasi keagamaan dan yayasan-yayasan sosial.
  7. Akuntansi Biaya (Cost Accounting) merupakan bidanng yang menekankan penentuan dan pemakaian biaya serta pengendalian biaya tersebut yang pada umumnya terdapat dalam persahaan industri.
  8. Sistem Akuntansi (Accounting System) meliputi semua tehnik, metode dan prosedur untuk mencatat dan mengolah data akuntansi dalam rangka memperoleh pengendalian intern yang baik, dimana pengendalian intern merupakan suatu sistem pengendalian yang diperoleh dengan adanya struktur organisasi yang memungkinkan adanya pembagian tugas dan sumber daya manusia yang cakap dan praktek-praktek yangn sehat.
  9. Akuntansi Sosial (Social Accounting) merupakan bidang yang terbaru dalam akuntansi dan yang paling sulit untuk diterangkan   secara singkat, kerena menyangkut dana-dana kesejahteraan masyarakat
 
economics blogs Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template